TahapanPemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan 1. Screening : memeriksa sistem tubuh secara umum untuk mendeteksi adanya abnormalitas atau masalah yang mungkin terjadi 2. Nutrisi untuk fungsi hematologi : Protein (albumin) Fe, Vit. B 12, Zinc Hemoglobin Lekosit dan Lymphosit (Fungsi imunologi) D-Xylose Absortion test Balans nitrogen (ureum
BAB IIPEMBAHASANPEMERIKSAAN diagnostic adalah penilaian klinis tentang respon individu,keluarga,dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan actual maupun potensial. A. PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKHasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu 1. Pra instrumentasi Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang. b. Persiapan penderita 1 PuasaDua jam setelah makan sebanyak kira2 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah. 2 Obat Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis. 3 Waktu pengambilan Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi. 4 Posisi pengambilan Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10% demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek. a Persiapan alat Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja. b Pengambilan darah Yang harus dipersiapkan antara lain - kapas alkohol 70 %, karet pembendung torniket semprit sekali pakai umumnya ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan. c Penampungan urin Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril untuk biakan atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin. d Penampung khusus Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar. c. Cara pengambilan sampel Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral. Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha arteri femoralis atau daerah pergelangan tangan arteri radialis. Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki. d. Penanganan awal sampel dan transportasi Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan 1 Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya lunas 2 Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan 3 Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah 4 Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan 5 Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit. Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktuB. PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN SPESIMEN1 Pemeriksaan Darah a. Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorium. 1 Perifer pembuluh darah tepi 2 Vena 3 Arteri 4 Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah 5 Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit b. Bentuk pemeriksaan 1 Jenis/golongan darah 2 HB 3 Gula darah 4 Malaria 5 Filaria dll c. Persiapan alat 1 Lanset darah atau jarum khusus 2 Kapas alkohol 3 Kapas kering 4 Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan 5 Bengkok 6 Hand scoon 7 Perlak dan pengalas d. Prosedur kerja 1 Mendekatkan alat 2 Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur 3 Memasang perlak dan pengalas 4 Memakai hand scoon 5 Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan 6 Kulit dihapushamakan dengan kapas alkohol 7 Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol 8 Merapikan alat 9 Melepaskan hand scoon 2 Pemeriksaan Urine a. Kegunaan 1 Menafsirkan proses-proses metabolisme 2 Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan pada pasien DM b. Jenis pemeriksaan 1 Urine sewaktu Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan. 2 Urine pagi Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur. 3 Urine pasca prandial Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan 1,5-3 jam sesudah makan 4 Urine 24 jam Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam. c. Persiapan alat 1 Formulir khusus untuk pemeriksaan urine 2 Wadah urine dengan tutupnya 3 Hand scoon 4 Kertas etiket 5 Bengkok 6 Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium d. Prosedur tindakan 1 Mencuci tangan 2 Mengisi formulir 3 Memberi etiket pada wadah 4 Memakai hand scoon 5 Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat. 6 Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket 7 Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi 8 Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup. 9 Membereskan dan merapikan alat 10 Melepas hand scoon 11 Mencuci tangan 3 Pemeriksaan Faeces a. Pengertian Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan yang tertentu. b. Tujuan Untuk menegakkan diagnosa c. Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan telur cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar. d. Persiapan alat 1 Hand scoon bersih 2 Vasseline 3 Botol bersih dengan penutup 4 Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya 5 Bengkok 6 Perlak pengalas 7 Tissue 8 Tempat bahan pemeriksaan 9 Sampiran e. Prosedur tindakan 1 Mendekatkan alat 2 Memberitahu pasien 3 Mencuci tangan 4 Memasang perlak pengalas dan sampiran 5 Melepas pakaian bawah pasien 6 Mengatur posisi dorsal recumbent 7 Memakan hand scoon 8 Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja 9 Setelah dapat , dikeluarkan perlahan ā lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya. 10 Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue. 11 Melepas hand scoon 12 Merapikan pasien 13 Mencuci tangan Untuk pemeriksaan kultur pembiakan pengambilan tinja dengan cara steril. Caranya sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan steril. 4 Pengambilan sputum a. Pengertian Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan. b. Tujuan Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam tubuh pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan. c. Indikasi Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan apabila diperlukan. d. Persiapan alat 1 Sputum pot tempat ludah yang bertutup 2 Botol bersih dengan penutup 3 Hand scoon 4 Formulir dan etiket 5 Perlak pengalas 6 Bengkok 7 Tissue e. Prosedur tindakan 1 Menyiapkan alat 2 Memberitahu pasien 3 Mencuci tangan 4 Mengatur posisi duduk 5 Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok. 6 Memakai hand scoon 7 Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan sputum pot 8 Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol 9 Membersihkan mulut pasien 10 Merapikan pasien dan alat 11 Melepas hand scoon 12 Mencuci tangan 5 Pengambilan spesimen cairan vagina/hapusan genetalia a. Persiapan alat 1 Kapas lidi steril 2 Objek gelas 3 Bengkok 4 Sarung tangan 5 Spekulum 6 Kain kassa, kapas sublimat 7 BengkoK 8 Perlak a. Prosedur 1 Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan 2 Mendekatkan alat 3 Memasang sampiran 4 Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian bawah jaga privacy pasien 5 Memasang pengalas dibawah bokong pasien 6 Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk dorsal recumbent 7 Mencuci tangan 8 Memakai sarung tangan 9 Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan 10 Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan sesuai kebutuhan 11 Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan 12 Membuang kapas lidi pada bengkok 13 Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia dan ditutup 14 Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke laboratorium 15 Membereskan alat 16 Melepas sarung tangan 17 Mencuci tangan 18 Melakukan dokumentasi tindakan C. PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan USG Perkembangan Ultrasonografi USG sudah dimulai sejak kira-kira tahun 1960, dirintis oleh Profesor Ian Donald. Sejak itu, sejalan dengan kemajuan teknologi bidang komputer, maka perkembangan ultrasonografi juga maju dengan sangat pesat, sehingga saat ini sudah dihasilkan USG 3 Dimensi dan Live 3D ada yang menyebut sebagai USG 4D. 1. Dalam bidang obstetri, indikasi yang dianut adalah melakukan pemeriksaan USG dilakukan begitu diketahui hamil, penapisan USG pada trimester pertama kehamilan 10 ā 14 minggu, penapisan USG pada kehamilan trimester kedua 18 ā 20 minggu, dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk memantau tumbuh kembang janin. 2. Dalam bidang ginekologi onkologi pemeriksaannya diindikasikan bila ditemukan kelainan secara fisik atau dicurigai ada kelainan tetapi pada pemeriksaan fisik tidak jelas adanya kelainan tersebut. 3. Dalam bidang endokrinologi reproduksi pemeriksaan USG diperlukan untuk mencari kausa gangguan hormon, pemantauan folikel dan terapi infertilitas, dan pemeriksaan pada pasien dengan gangguan haid. 4. Sedangkan indikasi non obstetrik bila kelainan yang dicurigai berasal dari disiplin ilmu lain, misalnya dari bagian pediatri, rujukan pasien dengan kecurigaan metastasis dari organ ginekologi dll. b. Cara Pemeriksaan Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu 1 Pervaginam a Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam. b Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu. c Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing. d Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim. e Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi. f Tidak menyebabkan keguguran. 2 Perabdominan a Probe USG di atas perut. b Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu. c Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim. c. Jenis Pemeriksaan USG 1 USG 2 Dimensi Menampilkan gambar dua bidang memanjang dan melintang. Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan. 2. USG 3 Dimensi Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda dalam hal ini tubuh janin dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar bukan janinnya yang diputar. 3. USG 4 Dimensi Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak live 3D. Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat ābergerakā. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim. 4.USG Doppler Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi Gerak napas janin minimal 2x/10 menit, Tonus gerak janin, Indeks cairan ketuban normalnya 10-20 cm, Doppler arteri umbilikalis, Reaktivitas denyut jantung janin. 2. Pemeriksaan Rontgen Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu. Tepatnya sejak 8 November 1890 ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad Roentgen, menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar X. Sinar ini mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh. Berkat jasanya bagi dunia kedokteran, banyak nyawa bisa diselamatkan, hingga ia mendapat penghargaan Nobel di tahun 1901. Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format film agar bisa dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen juga sudah bisa diproses secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan dalam bentuk CD atau bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan teknologi e-mail. pemeriksaan 1Radiografi konvensional tanpa persiapan. Maksudnya, saat anak datang bisa langsung difoto. Biasanya ini untuk pemeriksaan tulang atau toraks. 2 Radiografi konvensional dengan radiografi konvensional yang memerlukan persiapan di antaranya untuk foto rontgen perut. Sebelum pelaksanaan, anak diminta untuk puasa beberapa jam atau hanya makan bubur kecap. Dengan begitu ususnya bersih dan hasil fotonya pun dapat dengan jelas memperlihatkan kelainan yang dideritanya. 3 Pemeriksaan dengan kontras Sebelum dirontgen, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara diminum, atau dimasukkan lewat anus, atau disuntikkan ke pembuluh vena. b. Indikasi pemeriksaan 1 Sesak napas pada bayi. Untuk memastikan ada tidaknya kelainan di toraksnya rongga dada, dokter membutuhkan foto rontgen agar penanganannya tepat. 2 Bayi muntah hijau terus-menerus. Bila dokter mencurigai muntahnya disebabkan sumbatan di saluran cerna, maka pengambilan foto rontgen pun akan dilakukan. Pertimbangan dokter untuk melakukan tindakan ini tidak semata-mata berdasarkan usia, melainkan lebih pada risk and benefit alias risiko dan manfaatnya. 3 Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya. Bagi balita sampai kalangan dewasa, foto rontgen lazimnya dimanfaatkan untuk mendeteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya. 3. Kardiotokografi CTG. a. Pengertian 1 Secara khusus CTG adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ pada saat kontraksi maupun tidak. 2 Secara umum CTG merupakan suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim. Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih 10-15 menit b. Indikasi Pemeriksaan CTG 1 Kehamilan dengan komplikasi darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis, dll 2 Kehamilan dengan berat badan janin rendah Intra Uterine Growth Retriction 3 Oligohidramnion air ketuban sedikit sekali 4 Polihidramnion air ketuban berlebih c. Pemeriksaan CTG 1 Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan. 2 Waktu pemeriksaan selama 20 menit, 3 Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi. 4 Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai. 5 Konsultasi langsung dengan dokter kandunganJenis-Jenis Pemeriksaan Diagnostik Yang Berhubungan Dengan SIHa. Pemriksaan FisikĆĖ InspeksiAdalah metode observasi yang digunakan saat pemeriksaan fisik. Teknik ini mengguanakan penglihatan, penciuman dan pendengaran untuk mengetahui kondisi normal atau adanya deviasi dari bagian tubuh yang diperiksa. Metode ini adalah langkah pertama dalam pemeriksaan pengkajian fisik, lakukan pemeriksaan dengan melihat penampilan umum. Perhatikan penampilan umum, setelah penampiilan ini lanjutkan pemeriksaan dengan pengkajian yang sistematis selanjutnya. Ketika melakukan pemeriksaan ini, pastikan bahwa penerangan dan sinar cahaya cukup untuk melakukan PalpasiMerupakan metode untuk merasakanā dengan tangan saat pemeriksaan fisik. Dengan pemeriksaan ini anda dapat menentukanq Tekstur kasar/halusq Suhu hangat / panas / dinginq Kelembaban kering, basah atau lembabq Gerakan diam atau tremor ototq Konsistensi jaringan padat atau berairA. Pemeriksaan fisik pada system imun1. Pengkajian pada system imunPenilaian fungsi imun dimulai dari hasil anamnesis riwayat kesehatan pasien dan pemeriksaan fisik. Riwayat kesehatan pasien harus mengandung informasi yang rinci mengenai factor ā factor dimasa lalu serta sekarang dan berbagai kejadian yang menunjukan status system imun disamping factor ā factor dan kejadian yang dapat mengetahui fungsi sistem imun. Faktor ā faktor dan kejadian ini mencakup infeksi, kelainan alergi, kelainan autonium, penyakit neoplasma, keadaan sakit yang kronis, riwayat pembedahan, imunisasi, dan penggunaan obat ā obatan, transfuse darah, faktor ā faktor lain yang mempengaruhi fungsi imun dan hasil pemeriksaan laboratorium serta tes diagnostic lainnya. Pengkajian fisik pasien palpasi nodus limfatikus dan pemeriksaan kulit, membrane mukosa dan sistem respiratorius, gastrointestinal, urogenital, kardiovaskuler serta pemeriksaan jasmani,kondisi kulit dan membrane mukosa pasien harus di nilai untuk menemukan lesi,dermatitis,purpurapendarahan sub kutan,urtikaria,inflamasi,ataupun pengeluaran secret. Selain itu, tanda-tanda infeksi perlu di perhatikan. Suhu tubuh pasien di catat dan observasi di lakukan untuk mengamati gejala mengigil serta limpe servikal anterior serta posterior,aksilaris dan ingminalis harus di palpasi untuk menemukan pembesaran;jika kelenjar limpe atau nodus limpatikus teraba, maka lokasi,ukuran,konsistensi,dan keluhan nyeri tekan saat palpasi harus di catat. Pemeriksaan sendi-sendi di lakukan untuk menilai nyeri tekan serta pembengkakan dan keterbatasan kisaran gerak. Status respiratorius pasien di evaluasi dengan memantau frekuensi pernapasan dan menilai adanya gejala batukkering/produktif serta setiap suara paru yang abnormalmengi,krepitasi,ronchi. Pasien juga di kaji untuk menemukan rhinitis,hiperventilasi dan kardiovaskuler Sensitivitas Bagian Tangan Bagian tangan yang dipakai Hal Yang Dapat Dirasakan Jari-jari ujung jari Adanya gerakan halus jaringan atau pulsasi Permukaan tangan Getaran yang mungkin terjadi thrills, fremitus Punggung tangan Suhu kulit Palpasi Jenis Tujuan Teknik Palpasi Ringan Digunakan untuk ada tidaknya abnomalitas permukaan contoh, tekstur, suhu, kelembaban, elastisitas, pulsasi, organ-oran superfisial, dll Tekan kulit ½ hingga ¾ inci dengan ujung jari Palpasi Dalam Digunakan untuk meraba organ dalam dan masa untuk melihat ukuran, bentuk, simetris atau mobiltasnya Tekan kulit sedalam 1½ hingga 2 inci dengan tekanan yang diperlukan juga tangan lainnya untuk membantu penekanan Palpasi Bimanualgunakan teknik ini dengan hati-hati karena mungkin akan merangsang nyeri atau mengganggu organ internal tubuh Digunakan untuk mengkaji organ dalam di rongga abdomen. Gunakan dua tangan, satu tangan pada sisi masing-masing bagian tubuh atau organ yang diperiksaTangan yang di bagian atas digunakan untuk memberikan tekanan ketika tangan yang di bawah digunakan untuk memeriksa jaringan yang dalamGunakan satu tangan untuk menekan secara dalam dinding perut abdominal untuk menggerakkan jaringan dalam arah tangan yang lainnya, dan gunakan tangan tersebut untuk merasakan jaringan yang diperiksa B. Pemeriksaan LabolatoriumUntuk memastikan diagnosis harus ditunjang dengan pemeriksaan labolatorium dan pemeriksaan spesifik. Pemeriksan yang dapat dilakukan ialah 1. Pemeriksaan darah rutin feses dan kemih, serta kimia dara 2. Pemeriksaan sediaan apus basah seperti pemeriksaan terhadap hiva dengan KOH 10% trikomonas NaCI 0,9% 3. Periksaan sekret/ bahan-bahan dari kulit dengan pewarnaan kusus, seperti gram untuk bakteri , Ziehl Nielsen untuk hasil tahan asam, gentian violet untuk virus, microscop lapangan gelap untuk spiroketa, pemeriksaan cairan gelembung untuk menghitung eosinofil dan pemriksaan sel Pemeriksaan serologik untuk sefilis, Pemeriksaan dengan sinar wood terhadap infeksi jamur Pemeriksaan terhadap alergi uji gores, tetes, tempel, tusuk, dan uji suntik7. Pemeriksaan Lab yang berhubungan dengan hematologi adalah sebagai berikut Pemeriksaan Hemaglobin, Jumlah Leokosit, Eritrosit, Trombosit, Hemaorit, Retikulosit, Fibrinogen, Gol. Darah dan Pemeriksaan Lab yang berhubungan dengan imunolgi adalah sebagai berikut Widal, ASTO, Rheumatoid, C-Reactive Protein, Seramoeba, Anti-HIV, HbsAG, Anti-HbeAG, Anti-HBc totall, IgM Anti-HBc dan IgM Diagnostik pada penyakit diagnostiknya mencakup penurunan berat yang tidak dikehendakiyang melampaui 10% dari berat badan dasar, diare yang kronis selama lebih 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang menjelaskan gejala ini. Malnutrisi protein ā energy yang terjadi bersifat multifactor pada sebagian keadaan sakit yang berkaitan dengan AIDS, pesiennya akan mengalami keadaan hipermetabolik dimana terjadi pembakaran kalori yang berlebihan dan kehilangan leanbodymass keadaan ini serupa dengan keadaan stress seperti sepsis serta trauma dan dapat menimbulkan kegagalan organ. Pembedaan anatra keadaan kakeksia pelisutan adan malnutrisi atau antara kakeksia dan penurunan berat badan yang biasa terjadi sangat penting mengingat ganaguan metabolik pada sindrom pelisutan tidak dapat diubah dengan dukungan nutrisi saja. D. Evaluasi diagnostic1. Tes ditemukannya HIV pada tahun 1983, para ilmuan telah belajar banyak tentang karakteristik dan patogenisita virus tersebut. Berdasarkan pengetahuan ini telah dikembangakan sejumlah tes diagnostik yang sebagian masih bersifat penelitian tes atau pemeriksaan laboratorium kini digunakan untuk mengdiagnostik HIV dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi pada orang terinfeksi Tes antibody seseorang terinfeksi virus HIV, system imunnya akan beraksi dengan memproduksi antibody terhadap virus. Antibody umumnya terbentuk dalam waktu 3-12 minggu setelah terkena infeksi,kendati pembentukan antibody ini dapat memerlukan waktu sampai 6-14 bulan; kenyataan ini menjelaskan mengapa seseorang dapat terinfeksi tetapi pada mulanya tidak memperlihatkan hasil test yang positif. Sayangnya, antibody untuk hiv tidak efektif dan tidak dapat menghentikan perkembangan infeksi hiv. Kemampuan untuk mendeteksi antibody hiv dalam darah telah memungkinkan pemeriksaan skring produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic pada pasien-pasien terinfeksi hiv. Pada 1985, food and drug administrationfda mengeluarkan lisensi untuk uji kadar antibody hiv bagi semua pendonoran darah dan plasma. Ada 3 buah test untuk memastikan danya antibody terhadap hiv dan membantu mendiagnostik infeksi Test enzyme linket immunosorbent assayelisa mengidentifikasi antibody secara spesifik yang di tujukan pada virus westernblot assay merupakan test yg dapat mengenali antibody hiv dan digunakan untuk memastikan seropositifitas seperti yang teridentifikasi lewat prosedur Indirect immonofluorescene assay IFA yang saat ini sering digunakan dokter sebagai pengganti pemeriksaan western blot untuk Radioimmunoprecipitation assay RIFA tes ini lebih mendeteksi protein HIV ketimbang Pemeriksaan diagnostic pada system hematologi1. Pemeriksaan Fungsi HemostasisKelainan hemostasis dengan perdarahan abnormal dapat merupakan kelainan pembuluh darah, trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit, dan kelainan koagulasi. Sejumlah pemeriksaan sederhana dapat dikerjakan untuk menilai fungsi trombosit, pembuluh darah, serta komponen koagulasi dalam penyaring ini meliputi pemeriksaan darah lengkap Complete Blood Count/CBC, evaluasi darah apus, waktu perdarahan Bleeding Time/ BT, waktu protrombin Prothrombin Time/PT, activated partial thromboplastin time aPTT, dan agregasi dan evaluasi darah apus. Pasien dengan kelainan perdarahan pertama kali harus menjalani pemeriksaan CBC dan pemeriksaan apusan darah perifer. Selain memastikan adanya trombositopenia, dari darah apus dapat menunjukkan kemungkinan penyebab yang jelas seperti misalnya penyaring sistem koagulasi. Meliputi penilaian jalur intrinsik dan ekstrinsik dari sistem koagulasi dan perubahan dari fibrinogen menjadi fibrin. PT Prothrombin Time mengukur faktor VII, X, V, protrombin, dan fibrinogen. aPTT activated Partial Prothrombin Time mengukur faktor VIII, IX, XI, dan XII. TT Thrombin Time cukup sensitif untuk menilai defisiensi fibrinogen atau hambatan terhadap faktor koagulasi khusus. Pemeriksaan fibrinogen, faktor vW, dan faktor perdarahan Bleeding Time/BT. Memeriksa fungsi trombosit abrnormal misalnya pada defisiensi faktor Von Willebrand VWf. Pada trombositopenia, waktu perdarahan juga akan memanjang, namun pada perdarahan abnormal akibat kelainan pembuluh darah, waktu perdarahan biasanya fungsi trombosit. Tes agregasi trombosit mengukur penurunan penyerapan sinar pada plasma kaya trombosit sebagai agregat fibrinolisis. Peningkatan aktivator plasminogen dalam sirkulasi dapat dideteksi dengan memendeknya euglobulin clot lysis time. Suharti, 2007.2. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura ITPITP adalah kelainan akibat trombositopenia yang tidak diketahui penyebabnya idiopatik, tetapi ternyata diketahui bahwa sebagian besar kelainan ini disebabkan oleh proses imun, karena itu disebut juga autoimmune thrombocytopenic ITP jumlah trombosit menurun disebabkan oleh trombosit diikat oleh antibodi, terutama IgG. Antibodi terutama ditujukan untuk reseptor GP IIb/IIIa pada trombosit. Trombosit yang diselimuti antibodi kemudian difagositir oleh makrofag dalam RES terutama lien, akibatnya terjadi klinik ITP, yaitu 1 onset pelan dengan perdarahan melalui kulit atau mukosa berupa peteki, ekimosis, easy bruising, menorrhagia, epistaksis atau perdarahan gusi; 2 perdarahan SSP jarang, tetapi fatal; dan 3 splenomegali, terjadi pada 10% ITP kelainan laboratorium yang terjadi 1 darah tepi trombosit paling sering antara 2 sumsum tulang megakariosit meningkat, multinuklear, disertai lobulasi; dan 3 imunologi adanya antiplatelet IgG pada permukaan trombosit atau dalam serum. Yang lebih spesifik adalah antibodi terhadap gp IIb/IIIa atau gp ITP ditegakkan bila dijumpai 1 gambaran klinik berupa perdarahan kulit atau mukosa; 2 trombositopenia; 3 sumsum tulang megakariosit normal atau meningkat; 4 antibodi antiplatelet IgG positif, tetapi tidak harus demikian; dan 5 tidak ada penyebab trombositopenia sekunder Bakta, 2006.a. Penatalaksanaan ITP Terapi untuk mengurangi proses imun sehingga mengurangi perusakan trombosit. a Terapi kortikosteroid Ć menekan aktivitas makrofag, mengurangi pengikatan IgG oleh trombosit, dan untuk menekan sintesis Jika dalam 3 bulan tidak memberi respon pada kortikosteroid trombosit <30Ć109/l atau perlu dosis pemeliharaan yang tinggi maka diperlukan splenektomi, atau obat-obatan immunosupresif lain seperi vincristine, cyclophospamide, atau Terapi suportif , terapi untuk mengurangi pengaruh Pemberian androgen danazol.b Pemberian high dose immunoglobulin untuk menekan fungsi laboratorium memastikan diagnosis ITP, maka perlu pemeriksaan apusan darah tepi, pemeriksaan sumsum tulang, dan pemeriksaan pasien diberi terapi kortikosteroid untuk mengurangi proses imun sehingga mengurangi perusakan trombosit. Apabila kortikosteroid tidak menghasilkan respon, maka dilakukan splenektomi atau pemberian obat-obat immunosupresif lain. Selain itu, juga dapat dilakukan terapi suportif untuk mengurangi pengaruh trombositopenia, seperti pemberian androgen, pemberian high dose immunoglobulin, dan transfusi konsentrat Pemeriksaan dan Diagnosis LeukemiaHematologi rutin dan Hitung darah lengkap digunakan untuk mengetahui kadar Hb-eritrosit, leukosit, dan trombosit. Apus darah tepi digunakan untuk mengetahui morfologi sel darah, berupa bentuk, ukuran, maupun warna sel-sel darah, yang dapat menunjukkan kelainan hematologi. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang digunakan untuk mengetahui kondisi sumsum tulang, apakah terdapat kelainan atau tidak. Karyotipik digunakan untuk mengetahui keadaan kromosom dengan metode FISH Flurosescent In Situ Hybridization. Immunophenotyping mengidentifikasi jenis sel dan tingkat maturitasnya dengan antibodi yang spesifik terhadap antigen yang terdapat pada permukaan membran sel. Sitokimia merupakan metode pewarnaan tertentu sehingga hasilnya lebih spesifik daripada hanya menggunakan morfologi sel blas pada apus darah tepi atau sumsum tulang. Analisis sitogenetik digunakan untuk mengetahui kelainan sitogenetik tertentu, yang pada leukemia dibagi menjadi 2 kelainan yang menyebabkan hilang atau bertambahnya materi kromosom dan kelainan yang menyebabkan perubahan yang seimbang tanpa menyebabkan hilang atau bertambahnya materi kromosom. 1. Penatalaksanaan LeukemiaPengobatan utama untuk keganasan hematologi selama beberapa dekade adalah pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi Baldy, 2006. Saat ini, pengobatan yang lain tersedia terbatas tetapi penggunaannya meningkat, dengan kemajuan dalam uji klinis, yang dikenal sebagai Biological. Kelompok obat ini adalah zat alami yang diambil dari sumber alami atau disintesis dalam laboratorium untuk menyerang target biologi tertentu Finley, 2000. Biological dianggap menjaga sel induk hematopoietik dan oleh karena itu kurang toksik dan bersifat kuratif Baldy, 2006.Kemoterapi atau Terapi Obat Sitotoksik. Obat sitotoksik merusak kapasitas sel untuk reproduksi. Tujuan terapi sitotoksik mula-mula menginduksi remisi dan selanjutnya mengurangi populasi sel leukemik yang tersembunyi, dan memulihkan sumsum tulang dengan kombinasi siklik dua, tiga atau empat obat. Pemulihan ini tergantung pada pola pertumbuhan kembali differential regrowth pattern sel hemopoietik normal dan sel Sumsum Tulang. Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memulihkan sistem hemopoietik pasien setelah penyinaran seluruh tubuh dan kemoterapi intensif diberikan dalam usaha membunuh semua leukemmik yang tinggal Hoffbrand and Petit, 1996.Terapi ALL dibagi menjadi Induksi remisiTerapi ini biasanya terdiri dari prednisone, vinkristin, antrasiklin dan L-asparaginase. Intensifikasi atau konsolidasiBerbagai dosis mielosupresi dari obat yang berbeda diberikan tergantung protocol yang dipakai. Profilaksis SSPTerdiri dari kombinasi kemoterapi intratekal, radiasi cranial, dan pemberian sistemik obat yang mempunyai bioavailabilitas yang tinggi seperti metotreksat dosis tinggi dan sitarabin dosis tinggi. Pemeliharaan jangka panjangTerapi ini terdiri dari 6-merkaptopurin tiap hari dan metotreksat seminggu sekali selama 2 tahun Fianza, 2007. Daftar Pustaka Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta. Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta. Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York. JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir Jakarta. Pusdiknakes. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC. Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing Concepts, Prosess and Practice Sixth edition, Menlo Park, Calofornia. Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran DIAGNOSTIK SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGIOLEH1. SUPARMANTO2. NOVARIANI YUSAN3. ZULHAIRU4. YULIANA5. SUMBAWATI PUTRI MELATI6. RESTY MAYLIA DWI7. SUHAINI8. YETI SUHANA9. RANDY MULYA PUTRA10. BUDI SURAHMI11. LUSIANASTIK MUHAMMADIYAH PONTIANAKS1 REGULER KEPERAWATANTAHUN AKADEMIK 2010/2011BAB 1PENDAHULUANA. Latar belakangDalam melakukan asuhan keperawatan dibutuhkan konsep pengkajian diagnostic. Pengkajian diagnostik dimulai dari hasil anamnesis riwayat kesehatan pasien dan pemeriksaan fisik. Riwayat kesehatan pasien harus mengandung informasi yang rinci mengenai factor-faktor dimasalalu serta sekarang dan berbagai kejadian yang menunjukkan status system imun dan hermatologi disamping factor-faktor dan kejadian yang dapat mempengaruhi fungsi system imun dan MasalahMasalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah membahas tentang pemeriksaan diagnostic system imun dan TujuanAdapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostic system imun dan IIIPEMBAHASANA. KesimpulanPemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual maupun potensial. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. B. Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya perawat dapat menerapkan pengkajian diagnostik ini dalama asuhan keperawatan dan dapat mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pengkajian diagnostic system imun dan hematologi.
NDENGAN GANGGUAN SISTEM IMUN: SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE) DENGAN KETERLIBATAN HEMATOLOGI DI RUANG FRESIA 2 RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG. penulisan karya tulis ilmiah ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada pasien SLE yang telah mengalami keterlibatan hematologi dan telah dilakukan tindakan
Halodoc, Jakarta - Di dalam sirkulasi darah manusia terdapat sel darah dan cairan yang disebut plasma. Sel darah tersebut terdiri dari eritrosit sel darah merah, leukosit sel darah putih, dan trombosit sel pembeku darah. Pemeriksaan hematologi merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Pemeriksaan ini juga akan menguji perubahan pada plasma yang berperan pada proses pembekuan darah. Pemeriksaan hematologi pada sel darah meliputi kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, nilai eritrosit rerata nilai NER, jumlah leukosit, dan trombosit. Pemeriksaan hematologi yang terpenting adalah pemeriksaan hitung jenis leukosit disertai dengan penilaian morfologi sel darah yang dapat diketahui dengan pemeriksaan gambaran darah tepi. Pemeriksaan ini dapat menilai kelainan bentuk dari eritrosit, leukosit, dan trombosit, yang dapat menimbulkan kelainan secara hematologis. Baca juga Kenalan dengan Tes Medis yang Sering Dilakukan Pemain Sepak Bola Pemeriksaan hematologi dapat dilakukan secara manual dan memakan waktu cukup lama. Dengan cara manual pun, pemeriksaan ini tidak menunjukkan ketelitian serta ketepatan yang baik. Namun, akhir-akhir ini dengan perkembangan teknologi dalam bidang laboratorium, jumlah sel darah dapat dihitung dengan metode otomatis yang disebut blood cell counter. Pemeriksaan hematologi juga berguna bagi orang yang belum mengetahui golongan darahnya, sehingga untuk penetapannya dilakukanlah tes pemeriksaan ini. Hitung eosinofil, hitung retikulosit, aktivitas resistensi osmotik eritrosit atau daya tahan osmotik eritrosit, pemeriksaan sel lupus eritematosus, penetapan fraksi Hb di dalam eritrosit melalui tes, dan analisis Hb adalah hal-hal yang dilakukan pada pemeriksaan hematologis. Tidak sedikit orang yang ingin mengetahui apakah pemeriksaan Hb atau hemoglobin saja termasuk cukup dalam proses pendeteksian adanya potensi perdarahan, infeksi, sistemik, dan kelainan hematologi pada tubuh seseorang. Jawabannya adalah tidak cukup, karena memang pemeriksaan Hb hanya dilakukan dengan tujuan penentuan konsentrasi hemoglobin yang ada pada komponen darah. Baca juga Ini 6 Jenis Tes yang Penting untuk Bayi Jika kamu mengira bahwa pemeriksaan tunggal, salah satunya adalah pemeriksaan Hb, maka perkiraan tersebut tidak tepat. Untuk pendeteksian kelainan dan tingkat kelainan yang berkaitan erat dengan darah dan komponen darah, maka pemeriksaan hematologi-lah yang diperlukan. Ini karena penggunaan pemeriksaan HB bukanlah sebagai pemeriksaan tunggal, melainkan termasuk dalam pemeriksaan kondisi infeksi, gejala anemia, dan penyakit lainnya. Lalu, bagaimana dengan pemeriksaan hematologi lengkap? Pemeriksaan hematologi lengkap merupakan pemeriksaan yang dibutuhkan oleh seseorang dengan keluhan gejala yang berhubungan dengan darah. Pada pemeriksaan hematologi yang lengkap, pelaksanaannya akan sangat mendukung diagnosis penyakit, yaitu dengan menilai dan menghitung jenis leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, dan trombosit secara bersama-sama. Baca juga Tes Kesuburan Sebelum Menikah Perlukah? Jadi, pemeriksaan hematologi adalah hal yang penting untuk dilakukan ketika memang dibutuhkan. Demi mendeteksi adanya kelainan di dalam tubuh sejak awal, maka proses diagnosis bisa dilakukan dengan cara memeriksakan diri dengan tes ini. Penanganan pun dapat dilakukan oleh dokter setelah mengetahui penyebab sebelum penyakit berisiko menjadi lebih parah. Apabila kamu ingin melakukan tes hematologi, kamu dapat menanyakannya terlebih dahulu pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan dengan mudah melalui Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Ayo, download aplikasinya di Google Play atau App Store sekarang juga!
. pmjeb8d2dg.pages.dev/175pmjeb8d2dg.pages.dev/475pmjeb8d2dg.pages.dev/236pmjeb8d2dg.pages.dev/307pmjeb8d2dg.pages.dev/380pmjeb8d2dg.pages.dev/348pmjeb8d2dg.pages.dev/126pmjeb8d2dg.pages.dev/182
pemeriksaan fisik sistem imun dan hematologi